Ahli Pendidikan dan 3 orang Ibu --Vitry Adyanie--

Seorang ahli pendidikan bertanya pada tiga orang ibu yang ditunjuk dari para
peserta sebuah pelatihan.

Ahli pendidikan (AP) : "Misalkan suatu pagi Anda sedang menyiapkan roti bakar
untuk sarapan suami Anda, tiba-tiba telepon berdering, anak Anda menangis, dan
roti bakar jadi hangus. Lalu suami Anda berkomentar : 'Kapan kamu akan belajar
memanggang roti tanpa ,menghanguskannya?' Kira-kira, bagaimana reaksi Anda?"

Ibu 1 : "Langsung saya lemparkan roti itu ke       
Ibu 3 : "Saya rasa saya akan menangis."

AP : " Lalu bagaimana perasaan Anda terhadap suami Anda?"
Semua : "Marah, benci, dan merasa dianiaya."

AP : "Mudahkah bagi Anda untuk menyiapkan roti bakar lagi pagi itu?"
Semua : "Tentu saja tidak."

AP : "Dan jika suami Anda pergi bekerja, akan mudahkah bagi Anda untuk
membereskan rumah dan belanja kebutuhan sehari-hari dengan lapang dada?"

Ibu 1 : "Tidak. Saya akan merasa sumpek sekali sepanjang hari."
Ibu 2 : "Saya tidak akan membeli apapun untuk keperluan rumah hari itu."

AP : "Katakanlah bahwa roti itu memang hangus. Tetapi suami Anda mengatakan
kepada Anda, 'Tampaknya pagi ini kamu lelah ya... Telepon berdering, anak
menangis, dan sekarang roti hangus' Kira-kira apa reaksi Anda?"

Ibu 1 : "Saya tidak percaya bahwa yang berbicara itu adalah suami saya."
Ibu 2 : "Saya akan merasa bahagia."
Ibu 3 : "Saya akan merasa senang, dan saya fikir, saya akan memeluknya"

AP : "Mengapa Anda gembira? Bukankah anak tetap menangis, telepon berdering, dan
roti sudah hangus..?"

Semua : "Saya tidak akan peduli dengan semua itu."

AP : "Lalu apa yang berbeda kali ini?"

Ibu 1 : "Saya merasa suami saya baik sekali, karena tidak menyalahkan saya,
melainkan memahami perasaan saya. Dia berpihak pada saya, bukan memusuhi saya."

AP : "Jika suami Anda pergi bekerja, akan mudahkah bagi Anda untuk melakukan
tugas-tugas rumah tangga?"

Ibu 2 : "Saya akan melaksanakan tugas-tugas saya dengan senang hati."

AP : "Sekarang, mari kita bicara tentang suami tipe ketiga. Setelah roti itu
hangus, ia memandang istrinya sambil mengatakan, 'Nih, saya ajari kamu cara
membakar roti!'"

Semua : "Tidak. Suami macam itu lebih buruk lagi dari yang pertama, sebab ia
menganggap saya dungu."

Saat itu, ahli pendidikan itu mengatakan :
"Bagaimana kalau apa yang suami Anda lakukan kepada Anda itu, Anda lakukan
kepada anak Anda?"

Ibu 1 : "Sekarang saya mengerti tujuan Anda membuka dialog ini. Saya memang
selalu mengkritik anak saya, tanpa saya sadari. Saya selalu mengatakan, 'Kamu
sudah besar, sudah harus tahu bahwa apa yang kamu lakukan itu salah.''Saya
sekarang tahu mengapa ia marah dengan kata- kata saya."

Ibu 2 : "Saya juga selalu mengatakan, 'Biar saya tunjukkan padamu cara melakukan
ini dan itu.' Dan sering kali anak saya marah saat mendengarnya."

Ibu 3 : "Saya sering mengkritik puteri saya hingga hal itu menjadi hal yang
biasa bagi saya. Dan saya sering mengulang-ulang kalimat yang dulu diucapkan ibu
saya kepada saya, jika memarahi saya, saat saya kecil. Dulu, saya juga sangat
tidak suka mendengar ibu mengatakannya."

AP : "Kalau begitu, mari kita cari tahu yang mungkin kita pelajari dari kasus
roti hangus ini. Apa yang membantu mengubah perasaan Anda dari benci menjadi
senang terhadap suami Anda?"

Ibu 1 : "Saya yakin sebabnya adalah karena suami tidak menyalahkan saya,tetapi
dia memahami perasaan saya." Ibu 2 : "Tanpa mencela saya." Ibu 3 : "Tanpa
mendikte saya."

Setelah sampai pada yang dituju, ahli pendidikan itu mengatakan, "Sekarang Anda
semua mengerti bahwa apa yang Anda inginkan dari suami Anda,itulah yang
diinginkan pula oleh anak-anak kita dari kita : pengertian dan empati."

sumber : http://soulful.untukkita.com
Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar